Baca :
Ibrani 12 : 14
“Berusahalah hidup damai dengan
semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan
melihat Tuhan.”
Saya mempunyai koleksi beberapa uang
kuno. Di antaranya yaitu pecahan logam seratus rupiah, lima puluh, dua puluh
lima, bahkan sepuluh dan lima rupiah. Selain logam, beberapa diantaranya juga
ada yang berupa uang kertas. Yang membuat uang ini menjadi kuno adalah karena
masa berlakunya yang sudah lewat, tidak lagi berharga dan sudah asing di mata
masyarakat sekarang. Sehingga kita sering kali menyebutnya dengan istilah uang
kuno.
Selain uang logam dan kertas kuno,
ada benda lain lagi yang termasuk kuno tersimpan rapi di rumah saya. Benda itu
adalah piringan hitam. Saya yakin sebagian dari kita sudah tidak menyimpan lagi
benda ini. Bahkan mungkin ada yang sudah tidak mengenalinya. Mengapa, karena
memang saat ini piringan hitam sudah tidak pernah digunakan lagi. Untuk memutar
lagu kita lebih praktis menggunakan compact disc (cd) atau bahkan dvd.
Demikian juga dalam hal rohani, ada
sebuah hal yang saat ini sudah bisa dibilang sebagai sesuatu yang kuno. Hal itu
adalah kekudusan. Mohon maaf, kalau ada yang tersinggung dengan pernyataan saya
ini. Hari-hari ini, dunia begitu banyak menawarkan aneka rupa hiburan dan
tayangan yang menarik di sekitar kita. Namun hiburan yang menggiurkan tersebut
ternyata mengabaikan nilai kekudusan bagi generasi muda saat ini.
Kekudusan menjadi sesuatu hal yang
jarang sekali atau bisa dibilang kuno, karena jarang sekali disentuh. Anak-anak
muda sudah tidak lagi akrab dengan kata ini. Perbuatan yang mereka lakukan
sudah meninggalkan jauh dari kekudusan. Saya terkejut ketika sore kemarin
mendengarkan sebuah berita di salah satu radio swasta, seorang gadis SMP kelas
3 tertangkap polisi karena menjadi mucikari atau mami bagi teman-teman
sekolahnya. Yang menjadi anak buahnya adalah teman-temannya sekolah kelas 3 dan
kelas 2. Pelaku prostitusi bukan lagi mahasiswi yang dulu sering disebut ayam
kampus. Juga bukan siswi SMA, dulu banyak terjadi di sekolah dekat tempat
kuliah saya. Tapi saat ini di Surabaya yang terungkap adalah pelajar usia SMP. Saya
yakin, di antara pelaku prostitusi itu, sedikit atau banyak ada juga mereka
yang memiliki identitas sebagai orang Kristen.
Masih ingat dengan kasus beberapa
bulan lau yang terungkap, seorang anggota DPRD Sampang menjadi pelaku
trafficking dengan modus yang unik. Remaja-remaja putri dikawin siri di dalam
sebuah mobil, lalu setelah prosesi kawin selesai mereka diajak melakukan
hubungan suami isteri di sebuah hotel. Ternyata salah satu korban atau yang
menjadi isteri siri tersebut adalah seorang siswi yang beragama Kristen. Saya tidak
hendak menyalahkan pihak keyakinan lain, tapi ini saatnya gereja Tuhan mulai
bangkit dan menyerukan kekudusan dengan lebih kencang lagi.
Firman Tuhan mengatakan “kejarlah kekudusan”. Hal
ini berarti kita harus mengusahakan dengan segiat mungkin. Dengan kerja keras
yang begitu ngotot. Apa yang harus kita lakukan ? dari pribadi kita, mulai kita
tolak segala hal yang membawa kita pada ketidak kudusan. Bila sedang sendirian
dan pikiran kita melayang-layang, segera ambil langkah untuk berdoa dan usir
roh najis itu di dalam kuasa darah Yesus. Bila mata kita sedang mengarahkan
pada hal ketidak kudusan, segera berdoa minta ampun dan mengarahkan diri pada
hal yang benar. Bila perkataanmu menyerukan hal yang cemar, kasar dan tidak
kudus, segera bertobat dan ucapkan hal yang benar.
Mari saat ini kita hidup sebaik
mungkin dalam kekudusan. Jaga pikiran kita supaya tidak menjadi cemar. Sudah waktunya
gereja Tuhan menyerukan kekudusan dengan lebih lantang lagi dari depan mimbar. Bukan
waktunya untuk terlena oleh berbagai hal yang baik namun kurang penting. Kekudusan
bukan sebuah hal yang bila kita doakan lalu dia segera datang, tapi kekudusan
adalah sesuatu hal yang harus kita raih dengan tindakan dan usaha yang keras.
Mari kita mengejar kekudusan yang
menjadi bagian kita di hari ini.
Selamat pagi. Tuhan Yesus
memberkati.
Dituliskan
pada : 10 Juni 2013
(
Okky T. Rahardjo, 085645705091 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar