(14) Kemudian pergilah seorang dari
kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.
(15) Ia berkata: "Apa yang hendak
kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka
membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
(16) Dan mulai saat itu ia mencari
kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Gembong adalah nama sebuah kawasan
di kota Surabaya yang dikenal sebagai tempat penjualan dan pembelian
barang-barang bekas. Di tempat ini banyak orang yang menjual barang yang sudah
tidak terpakai lagi atau yang sudah usang. Demikian juga ada kalanya yang masih
membutuhkan barang-barang bekas, lalu mencari ke tempat ini. Biasanya akan
didapati barang-barang antik macam lampu, sepeda, tape recorder, baju dan jaket
hingga kaset pita. Semua kebutuhan kita sehari-hari tersedia di sini. Ya
tergantung bagaimana kita menawar harganya saja.
Suatu kali saya menjumpai seseorang
yang menjual beberapa kaset bekas. Dia membawa setumpuk kaset yang berjumlah sekitar
enam buah kaset pita. Saat itu dia menjual pada salah seorang pedagang kaset
bekas yang selanjutnya diikuti dengan saling menawar harga. Enam kaset bekas
itu pun jatuh kepada pedagang tersebut dengan harga dua puluh lima ribu rupiah.
Sebuah harga yang berbeda mencolok. Sangat berbeda dari ketika orang itu
membeli pertama kali. Barang yang pertama kali didapatkan dengan harga yang
mahal dan membutuhkan perjuangan yang susah payah, akhirnya harus dilepas
dengan harga yang terlalu rendah.
Apa yang ada di benak kita ketika
mendengar kata “menjual barang bekas”. Tentunya sesuatu yang sudah tidak kita
butuhkan, sudah tidak ada manfaatnya bahkan sudah tidak berharga lagi sehingga
kita perlu menyingkirkannya dan menggantikannya dengan bentuk lain yang bernilai
yaitu uang. Seringkali nilai tukarnya tidak sebanding dengan harga awal saat
pertama kali membelinya. Ketika kita menjual kendaraan atau benda elektronik
yang sudah tidak terpakai maka kita akan mendapati nilai yang lebih rendah dari
pada harga saat awal kita membelinya. Seseorang teman bahkan pernah berkata
kalau misalnya hari ini kita membeli hand phone dan hari ini juga kita
menjualnya, maka harga yang kita dapat tidak mungkin sama dengan saat kita
membelinya. Kita akan mendapati bahwa nilai harga tersebut sudah turun, bahkan
hingga separuhnya.
Dalam kehidupan kita sehari-hari
ternyata tanpa sadar kita menjumpai orang Kristen yang menyebut dirinya sebagai
pengikut Yesus ternyata menjual Tuhannya untuk kepentingan pribadinya. Betapa
Tuhan yang seharusnya kita sembah dan ditempatkan di tempat yang terhormat
harus berada sejajar dengan barang bekas. Mohon maaf kalau saya memakai istilah
ini. Ketika kita membaca kisah seputar penyaliban Yesus, kita akan cenderung
menyalahkan figur Yudas yang menjual Tuhan Yesus. Tapi secara tidak langsung
banyak anak-anak Tuhan yang berlaku hampir serupa dengan Yudas. Secara
perbuatan nyata atau tersamar, kita seringkali terlibat menjual Tuhan Yesus.
Yudas menjual Tuhan Yesus dengan
harga tiga puluh keping perak. Itu setara dengan harga untuk seorang budak,
yang saat itu berlaku di Israel (Keluaran 21 : 32 ). Tuhan Yesus yang terhormat, yang saat itu
dikenal sebagai guru (Rabbi) harus disejajarkan dengan nilai harga seorang
budak belian. Bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari, oleh karena karier
atau pekerjaan ada orang-orang yang rela menukar imannya kepada Tuhan Yesus
dengan yang lain. Saya yakin orang tersebut pindah iman bukan karena memang
ingin mendalami keyakinan barunya, tapi motivasi awal tentu karena jabatan yang
diincar. Tentu banyak sekali kita menjumpai hal yang seperti ini. Demikian juga
oleh karena pasangan hidup yang tidak seiman, maka Tuhan Yesus harus
disingkirkan dari kehidupannya. Bukankah yang demikian ini juga sering kita
jumpai dalam kehidupan di sekitar kita.
Secara tersamar, kadang kita sendiri
juga sering bertndak seakan menjual Tuhan Yesus. Memang tidak secara terus
terang dengan berpindah iman seperti contoh-contoh di atas. Tetapi melalui
ketidak taatan kita, maka dengan rela hati kita menukar Yesus dengan nafsu dan
keinginan daging kita. Berapa kali kita mengetahui apa yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan firman Tuhan, namun berapa kali pula kita menghindari
bahkan menolaknya. Tak terhitung kita yang seharusnya mengasihi orang lain,
mengampuni dan memberikan yang terbaik untuk saudara kita tapi kita cenderung
menghindarinya dengan berbagai alasan tertentu. Ketika firman Tuhan mengajarkan
untuk kita bersyukur namun kita bersungut-sungut dan hidup dalam kekecewaan,
tak sengaja kita sudah menukar Tuhan Yesus.
Atau pun ketika firman Tuhan
mengajarkan untuk kita hidup dalam kekudusan, ternyata kita memilih untuk hidup
dalam kecemaran maka kita sudah menukar Yesus dengan nafsu kita. Seharusnya kita
tahu firman Tuhan mengenai persembahan dan perpuluhan, namun kita
menghindarinya dengan berbagai alasan, maka kita sudah menukar Yesus dengan
keinginan daging kita. Mungkin juga kita tahu bahwa ada orang lain yang
menderita kekurangan tapi kita menutup mata, maka kita menukar Tuhan dengan
keegoisan kita. banyak lagi contoh lain yang ternyata kita sering menukar kesetiaan
kita pada Tuhan Yesus dengan yang lain. Sungguh kita melakukannya tanpa sadar
namun kita mengetahuinya.
Hari ini sudahkah kita bertekad
untuk mempertahankan iman kita kepada Yesus yang adalah Tuhan dan Juru Selamat.
Tekad itu tentu bukan hanya sekedar bertahan sebagai seorang Kristen, namun
juga mau dan mampu menjadi pelaku firman-Nya. Ketika kita mulai melangkah dalam
ketidak taatan, saat itu kita sudah terhitung menukar Yesus dengan yang lain.
Jangan pernah sekali lagi menukar Dia Yang Maha Baik dengan kepuasan pribadi
kita.
Selamat
memperbarui kesetiaan kita. tuhan Yesus memberkati.
(Okky
T. Rahardjo, 085645705091 )
Sumber
gambar : sonnihadi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar