Kamis, 21 November 2013

Tegur Sapa 26 : Retake



Baca    : II Petrus 2 : 20 - 22

            (20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.
(21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.
(22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."

Suatu kali saya mendapatkan kesempatan berupa pengalaman syuting untuk sebuah acara televisi. Sekitar tiga kali acara berbeda untuk dua stasiun televisi lokal kota Surabaya pernah saya ikuti. Acara tersebut berupa sebuah liputan dan satu program taping live music. Saya mengamati bahwa untuk mendaatkan hasil yang terbaik, maka sering dilakukan pengambilan gambar berulang kali. Setiap kali ada sedikit kesalahan dalam adegan, perkataan maupun situasi yang mengganggu maka dilakukan pengambilan gambar ulang yang sering disebut retake.

            Satu kali ada kesalahan ucap dari pembawa acara di panggung, yang seharusnya berkata “selamat malam” menjadi “selamat siang”. Di adegan lain, band yang tampil terlihat salah ketika memainkan intro seakan tidak kompak, sehingga harus diulang. Di sisi lain pernah juga pembawa acara yang berlari menuju panggung terpeleset jatuh. Atau ketika wawancara berlangsung di sebuah rumah, tiba-tiba ada gangguan bunyi bel sepeda motor. Semua adegan tersebut mengganggu kelancaran syuting. Oleh karenanya harus diulang, sekali atau dua kali lagi.

            Pengulangan adegan penting sekali untuk mendapatkan hasil yang bagus. Seseorang narasumber atau pelaku syuting terpaksa harus melakukan gaya, gerak atau ucapan yang nyaris sama dengan sebelumnya. Hal itu perlu untuk dilakukan. Namun bagaimana bila yang diulang adalah sebuah tindakan dosa ? Tentu hal itu sangat disesalkan bila dilakukan berulang kali. Sebuah perbuatan yang buruk dan melanggar firman Tuhan tentu tidak akan membawa manfaat yang baik bila dilakukan berkali-kali. Saya pernah menjumpai seseorang yang kedapatan mabuk-mabukan, tiap hari minum-minuman keras hingga menelantarkan keluarga. Ketika banyak pihak memberikan nasehat, dia mengaku menyesal dan tidak akan mengulangi. Namun apakah dia benar-benar berhenti ? Ternyata tidak, dia terus mengulanginya di lain kesempatan.

            Seseorang pernah berkata bahwa tindakan yang dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Lalu kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi karakter. Bahaya sekali kalau sudah menjadi karakter. Pemabuk yang saya ceritakan di atas tentu memulai tindakannya dari sesekali minum minuman keras. Banyak sekali “tindakan kecil” yang lain yang karena dilakukan berulang kali maka menjadi sebuah kebiasaan yang buruk dan akhirnya menjadi karakter yang menyesatkan. Misalnya, seringnya seseorang berkata kotor menjadikannya pengumpat yang ulung. Seseorang yang terbiasa mengakses hal-hal pornografi akan menjadikannya sebagai seorang pezinah. Demikian juga seorang yang mudah tersinggung akan menjadikannya pemarah. Seorang anak yang terbiasa mengambil uang orang lain tanpa ketahuan akan menjadikannya seorang pencuri yang lihai.

            Firman Tuhan yang kita baca di atas ini bahkan memberikan sebuah contoh yang mengerikan sekali. Seperti seekor babi yang kembali pada kubangannya. Walaupun seekor babi didandani begitu rapi, namun dia tetaplah babi yang habitatnya adalah tempat-tempat yang kumuh dan kotor. Bahkan dituliskan juga seperti seekor anjing yang kembali pada muntahannya. Sebuah contoh yang menjijikan. Demikianlah halnya bila seseorang yang mengaku sudah bertobat. Lalu kembali lagi kepada perbuatan dosanya yang lama. Mengulangi lagi perbuatan yang dulu pernah ditinggalkan. Kondisinya akan disamakan dengan babi dan anjing yang tidak pernah menyadari bahwa dirinya sudah dibersihkan.

            Tidak ada jalan lain kecuali penebusan darah Tuhan Yesus yang memampukan kita untuk hidup kudus dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Hari ini masihkah kita berkutat dengan dosa lama yang dulu pernah kitanggalkan ? Mari kita berhenti dan kembali pada panggilan pertobatan yang pernah kita ikrarkan. Tidak ada kata terlambat selama Tuhan masih meberikan kesempatan bernafas di dunia ini. 

            Selamat meninggalkan dosa-dosa lama kita. Tuhan Yesus memberkati.

sumber gambar : tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar