(35) Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus
berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
(36)
Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta
dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain
juga menyertai Dia.
(37)
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam
perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
(38)
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka
murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau
tidak perduli kalau kita binasa?"
(39)
Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam!
Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
(40)
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu
tidak percaya?"
(41)
Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa
gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
Wiyung adalah nama salah satu jalan
yang berada di wilayah Surabaya Barat. Jalanan ini setiap kali saya berangkat
kerja sedikit kesiangan, maka akan mengalami kemacetan yang luar biasa. Situasi
ini tidak saya alami sekali dua kali, namun sudah beberapa kali. Faktor kemacetan
banyak sekali. Apabila pagi hari tentu karena bersamaan dengan berangkat kerja
dan sekolah. Kadang juga ditambah aktivitas pasar yang sesekali menghambat laju
lalu lintas. Belum lagi bila secara tiba-tiba muncul rombongan sapi yang tidak
jelas arah dan tujuannya, sehingga makin menambah keruwetan suasana pagi hari
itu. Saya selalu dilanda was-was bila melintasi jalan tersebut dengan kondisi
jam yang sudah mepet dengan waktunya masuk kerja.
Suatu kali saya melintasi jalan Wiyung
ketika sedang dalam suasana yang agak longgar. Maksudnya, tetap saya masuk
kerja namun situasi libur sekolah atau sedang tidak ada aktivitas mengajar. Saya
tetap mengalami kondisi jalanan yang sama. Semrawutnya juga sama. Kesibukannya juga
tidak berubah malah kadang lebih padat. Namun bedanya, situasi hati saya
sedikit lebih tenang. Saya tidak lagi terburu oleh waktu. Tidak perlu
tergesa-gesa karena sedang tidak banyak keperluan. Sehingga saya bisa melampaui
kesibukan jalanan Wiyung dengan tenang, sekalipun situasi jalan tidak berbeda
dengan hari-hari sebelumnya.
Kita tentu sering mengalami situasi
yang serupa dengan gambaran di atas. Sebagaimana yang tertuang juga pada bacaan
di atas yang juga terlalu sering kita membacanya. Murid-murid Tuhan Yesus, di
antaranya Petrus, Yakobus dan Yohanes sedang mengalami kepanikan luar biasa. Mengapa
? Karena perahu yang mereka tumpangi sedang dilanda oleh angin ribut. Angin yang
menggoncangkan perahu kayu mereka. Angin yang mampu membuat mereka kehilangan
nyawa karena begitu kencangnya. Mereka bingung, panik dan tidak mengerti
bagaimana menghadapi situasi yang saat itu sedang mereka hadapi.
Tapi perhatikan, di sisi lain ada
Tuhan Yesus juga menumpang di perahu tersebut. Saat itu apa yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus, Dia tidur. Dia sedang menikmati angin ribut tersebut sehingga
terlelap dalam istirahat yang nyenyak. Mengetahui hal ini, murid-murid protes
dan memaki Tuhan Yesus. Mereka menganggap bahwa Guru mereka saat itu sedang
tidak peduli dengan nasib mereka. Sementara yang lain sibuk menyelamatkan
perahu dari gempuran angin dan laut yang dahsyat, lha kok ini enaknya tidur. Situasi yang dihadapi oleh dua pihak ini sama.
Murid-murid mengalami serbuan angin ribut, demikian juga dengan Tuhan Yesus. Tapi
mengapa mereka bisa berbeda dalam menanganinya ?
Ketika menghadapi masalah, murid-murid
Yesus ada pada dimensi manusiawi. Mereka
spontan dengan daya dan upaya sendiri mengatasi masalah itu. Ketika masalah menerpa,
mereka mencoba menyelesaikan dengan kemampuan mereka sendiri. Ketika penyakit
mendera, musibah menimpa, kesulitan dialami, masalah datang bertubi-tubi
bukankah kita seringkali secara spontan mencoba menyelesaikan dengan kemampuan
kita sendiri. Minum berbagai obat yang kita anggap cocok, meminjam uang ke sana
sini, menghubungi berbagai rekan dan koneksi serta berbagai hal lain dilakukan
untuk menyelesaikan masalah.
Saat
itu kita masih memasuki dimensi manusiawi. Sebuah dimensi yang penuh dengan
kewajaran dan kemakluman. Namun seringkali daya dan upaya yang kita lakukan
menemui kegagalan, jalan buntu dan penolakan. Bahkan kita cenderung menjadi
lelah, putus asa dan tidak berdaya. Masalah bertumpuk menghampiri, namun kita malah
makin mudah menyalahkan dan marah serta tersinggung pada orang yang ada di
sekitar kita.
Jangan lupa, kita memiliki Yesus
yang bersedia membantu kita menyelesaikan masalah dalam kehidupan yangs edang
kita hadapi. Berhentilah dari dimensi manusiawi kita, mulailah masuk pada
dimensi Illahi. Pada dimensi Illahi kita akan mengalami pertolongan-Nya yang
tidak pernah kita bayangkan. Sebuah karya pertolongan-Nya yang ajaib yang tidak
pernah kita duga ternyata mampu menyelesaikan masalah yang sedang kita geluti
secara cepat dan tepat. Mengapa demikian, karena kita seringkali lupa dan
mengabaikan bahwa Dia sanggup menolong kita dan bahkan memperhatikan segala
liku-liku kehidupan kita. Dimensi Illahi mampu membuat kita melihat masalah
yang sama dengan perspektif yang berbeda. Ketika kita melibatkan Dia, masalah
itu seakan tidak ada artinya dan terasa mudah penyelesaiannya.
Hari ini, apa yang sedang kita
pergumulkan. Sudah menekan beratkah beban hidupmu ? Sebelum melangkah ke yang
lain-lain, mengapa tidak lebih dulu menghampiri hadirat Tuhan dan memohon kasih
karunia-Nya menopang masalah yang kita hadapi. Memang tidak selamanya
perjalanan hidup kita mulus, namun saat kita menghadapi kerikil tajam, arahkan
pandangan matamu pada kasih Tuhan Yesus. Dia sanggup menolong hidup kita.
Seandainya
saat itu murid-murid Yesus lebih dulu membangunkan Yesus, saya yakin mereka
tidak perlu menghadapi pengalaman angin rebut lebih lama. Yesus dengan segala
kemaha kuasaan-Nya akan segera meredakan angin yang mendera mereka tanpa perlu
mengalami banyak kerugian. Masalah boleh sama, tapi cara pandang kita harus
diubahkan. Mengapa selama ini menjadikan
Tuhan Yesus sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian masalah. Jadikan Dia
sebagai prioritas dalam hidupmu, dan alamilah pembebasan yang sejati itu.
Selamat
memasuki dimensi Illahi dan alami mujizat-Nya yang benar-benar nyata dalam
hidupmu. Tuhan Yesus memberkati.
(
Okky T. Rahardjo, 085645705091 )
sumber gambar : hot.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar