Jumat, 22 November 2013

Tegur Sapa 27 : Macet dan Angin Ribut


(35) Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
(36) Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
(37) Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
(38) Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
(39) Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
(40) Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
(41) Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

            Wiyung adalah nama salah satu jalan yang berada di wilayah Surabaya Barat. Jalanan ini setiap kali saya berangkat kerja sedikit kesiangan, maka akan mengalami kemacetan yang luar biasa. Situasi ini tidak saya alami sekali dua kali, namun sudah beberapa kali. Faktor kemacetan banyak sekali. Apabila pagi hari tentu karena bersamaan dengan berangkat kerja dan sekolah. Kadang juga ditambah aktivitas pasar yang sesekali menghambat laju lalu lintas. Belum lagi bila secara tiba-tiba muncul rombongan sapi yang tidak jelas arah dan tujuannya, sehingga makin menambah keruwetan suasana pagi hari itu. Saya selalu dilanda was-was bila melintasi jalan tersebut dengan kondisi jam yang sudah mepet dengan waktunya masuk kerja.

            Suatu kali saya melintasi jalan Wiyung ketika sedang dalam suasana yang agak longgar. Maksudnya, tetap saya masuk kerja namun situasi libur sekolah atau sedang tidak ada aktivitas mengajar. Saya tetap mengalami kondisi jalanan yang sama. Semrawutnya juga sama. Kesibukannya juga tidak berubah malah kadang lebih padat. Namun bedanya, situasi hati saya sedikit lebih tenang. Saya tidak lagi terburu oleh waktu. Tidak perlu tergesa-gesa karena sedang tidak banyak keperluan. Sehingga saya bisa melampaui kesibukan jalanan Wiyung dengan tenang, sekalipun situasi jalan tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
            Kita tentu sering mengalami situasi yang serupa dengan gambaran di atas. Sebagaimana yang tertuang juga pada bacaan di atas yang juga terlalu sering kita membacanya. Murid-murid Tuhan Yesus, di antaranya Petrus, Yakobus dan Yohanes sedang mengalami kepanikan luar biasa. Mengapa ? Karena perahu yang mereka tumpangi sedang dilanda oleh angin ribut. Angin yang menggoncangkan perahu kayu mereka. Angin yang mampu membuat mereka kehilangan nyawa karena begitu kencangnya. Mereka bingung, panik dan tidak mengerti bagaimana menghadapi situasi yang saat itu sedang mereka hadapi. 

            Tapi perhatikan, di sisi lain ada Tuhan Yesus juga menumpang di perahu tersebut. Saat itu apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, Dia tidur. Dia sedang menikmati angin ribut tersebut sehingga terlelap dalam istirahat yang nyenyak. Mengetahui hal ini, murid-murid protes dan memaki Tuhan Yesus. Mereka menganggap bahwa Guru mereka saat itu sedang tidak peduli dengan nasib mereka. Sementara yang lain sibuk menyelamatkan perahu dari gempuran angin dan laut yang dahsyat, lha kok ini enaknya tidur.  Situasi yang dihadapi oleh dua pihak ini sama. Murid-murid mengalami serbuan angin ribut, demikian juga dengan Tuhan Yesus. Tapi mengapa mereka bisa berbeda dalam menanganinya ?

            Ketika menghadapi masalah, murid-murid Yesus ada pada dimensi manusiawi.  Mereka spontan dengan daya dan upaya sendiri mengatasi masalah itu. Ketika masalah menerpa, mereka mencoba menyelesaikan dengan kemampuan mereka sendiri. Ketika penyakit mendera, musibah menimpa, kesulitan dialami, masalah datang bertubi-tubi bukankah kita seringkali secara spontan mencoba menyelesaikan dengan kemampuan kita sendiri. Minum berbagai obat yang kita anggap cocok, meminjam uang ke sana sini, menghubungi berbagai rekan dan koneksi serta berbagai hal lain dilakukan untuk menyelesaikan masalah. 

Saat itu kita masih memasuki dimensi manusiawi. Sebuah dimensi yang penuh dengan kewajaran dan kemakluman. Namun seringkali daya dan upaya yang kita lakukan menemui kegagalan, jalan buntu dan penolakan. Bahkan kita cenderung menjadi lelah, putus asa dan tidak berdaya. Masalah bertumpuk menghampiri, namun kita malah makin mudah menyalahkan dan marah serta tersinggung pada orang yang ada di sekitar kita.

            Jangan lupa, kita memiliki Yesus yang bersedia membantu kita menyelesaikan masalah dalam kehidupan yangs edang kita hadapi. Berhentilah dari dimensi manusiawi kita, mulailah masuk pada dimensi Illahi. Pada dimensi Illahi kita akan mengalami pertolongan-Nya yang tidak pernah kita bayangkan. Sebuah karya pertolongan-Nya yang ajaib yang tidak pernah kita duga ternyata mampu menyelesaikan masalah yang sedang kita geluti secara cepat dan tepat. Mengapa demikian, karena kita seringkali lupa dan mengabaikan bahwa Dia sanggup menolong kita dan bahkan memperhatikan segala liku-liku kehidupan kita. Dimensi Illahi mampu membuat kita melihat masalah yang sama dengan perspektif yang berbeda. Ketika kita melibatkan Dia, masalah itu seakan tidak ada artinya dan terasa mudah penyelesaiannya.
            Hari ini, apa yang sedang kita pergumulkan. Sudah menekan beratkah beban hidupmu ? Sebelum melangkah ke yang lain-lain, mengapa tidak lebih dulu menghampiri hadirat Tuhan dan memohon kasih karunia-Nya menopang masalah yang kita hadapi. Memang tidak selamanya perjalanan hidup kita mulus, namun saat kita menghadapi kerikil tajam, arahkan pandangan matamu pada kasih Tuhan Yesus. Dia sanggup menolong hidup kita.

Seandainya saat itu murid-murid Yesus lebih dulu membangunkan Yesus, saya yakin mereka tidak perlu menghadapi pengalaman angin rebut lebih lama. Yesus dengan segala kemaha kuasaan-Nya akan segera meredakan angin yang mendera mereka tanpa perlu mengalami banyak kerugian. Masalah boleh sama, tapi cara pandang kita harus diubahkan.  Mengapa selama ini menjadikan Tuhan Yesus sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian masalah. Jadikan Dia sebagai prioritas dalam hidupmu, dan alamilah pembebasan yang sejati itu.

Selamat memasuki dimensi Illahi dan alami mujizat-Nya yang benar-benar nyata dalam hidupmu. Tuhan Yesus memberkati.

( Okky T. Rahardjo, 085645705091 )
sumber gambar : hot.detik.com

             
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar