Selasa, 18 Maret 2014

Tegur Sapa 32 : Seratus Persen Abdi Masyarakat



II Korintus 4 : 5
“(5) Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.”

            Pada saat musim kampanye seperti ini kita sering menjumpai orang mempromosikan dirinya sendiri dimana-mana. Ada begitu banyak tag line atau jargon yang mereka tuliskan sebagai upaya untuk mempromosikan siri supaya dipilih pada pelaksanaan pemilu nantinya. Sebagian besar diantaranya menyatakan dirinya sebagai pribadi yang mewakili rakyat. Sebagian lagi menyatakan diri siap menjalankan amanah rakyat dan menjadi penyambung aspirasi masyarakat. Mereka tuliskan pesan-pesan tersebut pada baliho, banner atau pun stiker dan berbagai alat peraga lain yang mudah untuk dibaca oleh orang lain.

            Mudah sekali kita jumpai di jalanan pernyataan-pernyataan yang dituliskan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai calon legislatif. Kita bisa menyimak diantaranya yaitu : “ Siap melayani rakyat”, “Fasilitator Titipan Amanah Masyarakat”, “Siap bekerja untuk rakyat” atau bahkan yang pernah saya baca di sebuah sudut jalan tertulis “seratus persen abdine panjenengan”. Berbagai tag line sejenis tentu akan mudah kita jumpai di sudut jalan yang ada di kota-kota lain. Intinya, mereka menyatakan diri siap menjadi pelayan masyarakat. Siap menjadi pribadi yang mengabdi pada kepentingan orang banyak.

            Saya tidak sedang dalam kapasitas menghakimi atau menyatakan apakah yang mereka sampaikan itu sebuah kebenaran atau tidak. Sebuah hal yang nyata atau hanya janji semata yang tidak terbukti, bukan bagian saya untuk menilai. Namun apa yang disampaikan itu tentu merupakan sebuah hal yang serius dan tidak main-main. Bahkan sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan. Apakah benar mereka adalah pelayan masyarakat, apakah benar mereka merupakan abdi dari masyarakat setempat yang mereka wakili. Hal ini tentu menjadi sebuah beban tersendiri yang harus mereka kerjakan. Sebuah kebahagiaan bila memang mereka benar-benar melakukannya. Tentu sebuah keprihatinan bila hal itu hanya sebuah retorika belaka.

            Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani kita. Begitu mudah dan bangganya sebagian dari kita menyatakan diri sebagai hamba Tuhan. Menyatakan diri sebagai seorang pelayan Tuhan demi sebuah status semata di hadapan orang lain. Sebagaimana diketahui, hamba berarti seorang yang menundukkan diri pada sesuatu di atasnya. Apabila seseorang menyatakan diri sebagai hamba Tuhan, berarti dia menundukkan diri pada kedaulatan Tuhan. Bila saja seseorang menundukkan diri pada ambisi mencari uang maka dia akan disebut sebagai hamba uang. Demikian juga bila seseorang menyatakan diri sebagai abdi masyarakat maka itu berarti dia menundukkan diri pada kepentingan masyarakat yang diwakili.

            Pada bacaan yang kita renungkan di atas, Rasul Paulus menyatakan dirinya sebagai “hambamu karena kehendak Yesus”. Dia tidak menyembunyikan diri di balik kamuflase kata “hamba Tuhan”, namun dengan jelas dia menyatakan bahwa dia adalah hamba dari orang-orang atau jemaat yang dia layani. Singkatnya, dia sedang mengajarkan pada kita bahwa di balik kata hamba Tuhan sesungguhnya terletak makna yang dalam bahwa kita melayani Tuhan melalui orang-orang yang Tuhan percayakan pada kita.

            Begitu banyak orang yang menyatakan diri sebagai hamba Tuhan namun hanya sebatas pada pelayanan di mimbar berupa kotbah, ceramah atau pelayanan pujian. Namun setelah acara ibadah selesai, dia kembali berfungsi sebagai hamba bagi dirinya sendiri. Masih hidup dalam keegoisan, ketersinggungan, iri hati, ketidak kudusan bahkan kemunafikan. Hamba Tuhan hanya dikejar sebagai sebuah status tanpa membangun pertumbuhan rohani yang benar di dalamnya. Ketika kita menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, dengan senyatanya kita adalah hamba Tuhan. 

Selanjutnya yang kita layani secara faktual bukanlah Tuhan yang ada di awan-awan, yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata. Kita melayani mereka yang ada di sekitar kita. mereka yang selama ini kita sebut sebagai teman kerja, teman sekolah, teman gereja, teman di lingkungan tempat tinggal, atau bahkan teman hidup kita. Mereka adalah obyek pelayanan kita secara nyata. Melalui sikap hidup kita yang memancarkan firman Tuhan dan membawa berkat bagi sekitar kita. Maka sesungguhnya secara tidak langsung kita sudah melayani Tuhan yang ada di Sorga yang selalu melihat perbuatan baik kita.

            Hari ini, mari kita periksa kembali hidup kita. Adakah kita sudah menjadi pelayan Tuhan dalam arti yang sesungguhnya atau selama ini kita malah menjadi pelayan dan hamba bagi diri kita sendiri. 

Selamat menjadi hamba Tuhan secara nyata. Tuhan Yesus memberkati.

( Okky T. Rahardjo, 085645705091 )

Sumber gambar : ptj.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar