Selasa, 23 Desember 2014

Jumpa Tuhan 01 : Perjumpaan Ilahi

 

Baca                :

Matius 2 : 12-13

 (12)      Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka  pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
(13)      Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggalllah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.”

Shalom,

Sudah terlalu sering kita membaca, mendengar, melihat serta memahami fragmen seputar peristiwa Natal. Sebagaimana yang terdapat pula dalam beberapa ayat yang menjadi pokok bacaan renungan kali ini. Ada sebuah sosok yang seringkali kita tahu dan menyadari tapi tak jarang pula terluput dari perhatian kita secara mendalam. Sesuatu di balik sosok inilah yang akan coba kita renungkan pada tulisan sederhana berikut ini. 

Natal seringkali hanya berpusat pada figur Maria, Yusuf, Gembala atau Orang Majus. Setidaknya yang masih terkait adalah keberadaan Herodes. Namun betapa kita seringkali mengabaikan adanya peran seorang malaikat yang turut mewarnai hiruk pikuk natal. Malaikat beberapa kali muncul dalam peristiwa yang tidak terduga. Dia muncul dalam berbagai peristiwa yang sepertinya tidak rohani namun membawa kesan mendalam bagi siapa pun yang menerimanya. Sebagai contoh, secara tiba-tiba dia datang pada Maria saat di dalam rumah (Lukas 1 : 28). Dalam kesempatan lain dia menjumpai pula Yusuf yang sedang tidur. Tak luput dari perhatian kita yaitu malaikat yang bernama Gabriel itu menemui orang-orang Majus melalui mimpi. Sebuah perjumpaan Illahi yang dialami secara tidak terduga dan bahkan dalam suasana yang sepertinya tidak rohani. Lain cerita dengan Imam Zakharia yang memang dijumpai malaikat saat menunaikan tugas di dalam Bait Suci.

Hal pertama yang menjadi renungan dari peristiwa ini yaitu bahwa perjumpaan dengan Tuhan bisa terjadi sewaktu-waktu. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil namun hal yang sesungguhnya wajar bagi kita untuk mengalami hal yang bersifat spiritual. Dalam beberapa kasus, Tuhan menyatakan diri bukan pada saat orang yang dipilih oleh-Nya itu dalam “keadaan rohani” seperti berdoa, berdiam diri atau merenung. Tuhan menjumpai Abraham saat sedang bersantai (Kejadian 18 : 1), Musa dijumpai ketika menggembalakan domba (Keluaran 3:1-2) atau Tuhan memanggil Samuel pada waktu sedang tidur (! Samuel 3:3-4).

Sekali lagi, bukan hal yang aneh ketika kita mengalami perjumpaan Ilahi dalam kehidupan sehari-hari kita. Tiba-tiba saja kita bisa menerima penglihatan saat sedang duduk bersantai. Tak terduga kita juga bisa dikunjungi oleh malaikat dalam rupa yang tidak kita bayangkan. Mungkin juga kita mendengar suara Tuhan saat sedang makan atau mengendarai kendaraan di jalan. Demikian juga kita bisa mengalami hal-hal yang bersifat spiritual di saat yang tidak kita duga. Bukan hal yang mustahil dan selayaknya itu wajar untuk kita alami. Bila pada saat yang biasa saja kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan, apalagi saat kita berdoa kita bisa mengalami hal-hal yang lebih dahsyat lagi.

Hal yang kedua yang perlu kita ingat lagi bahwa peristiwa supranatural tidak dimonopoli oleh orang-orang yang memiliki status kerohanian yang bersifat struktural di gereja atau lingkup pelayanan. Samuel saat mendengar panggilan Tuhan saat itu masih seorang bujang atau abdi alias batur. Yosua ketika ditemui Panglima Balatentara Tuhan saat itu posisinya adalah pemimpin perang bukan nabi sekelas Musa. Maria yang dijumpai oleh Malaikat Tuhan pun adalah seorang gadis rumahan biasa. Sebagian besar siswa SD yang saya bimbing sepertinya sudah terbiasa untuk berjumpa dengan Tuhan, tidak perlu menunggu mereka sudah besar dan menjadi pendeta, pendoa atau sejenisnya.

Kedua kebenaran di atas saya berharap juga menjadi kebenaran baru untuk kita miliki. Memang setiap orang tentu memiliki pengalaman rohani yang berbeda dan tidak bisa disamakan. Tapi tentu kita tidak bisa menafikkan bahwa setiap kita bisa mengalaminya. Beberapa orang tentu akan berpendapat bahwa yang terpenting adalah maknanya bukan sekedar pengalamannya. Saya juga sependapat, namun alangkah lebih indah dan dahsyat kalau kita juga mengalami pengalaman Ilahi tersebut. Pengalaman Ilahi kita alami bukan sekedar untuk sok dan saling bersaing, namun hal itu akan memperkaya pengalaman kehidupan rohani kita. Selain itu, iman kita akan makin dikuatkan untuk mengikut Dia. Sekalipun, tanpa mengalami perjumpaan Ilahi itu kita tetap menaruh harap dan percaya kita pada Tuhan Yesus.

Hari ini, sediakan dirimu dan hatimu untuk mengalami sesuatu yang baru dalam perjalanan kehidupan rohanimu. Segarkan imanmu melalui perjumpaan Ilahi yang bisa kita alami sewaktu-waktu dan pada siapa pun kita. Setelah itu, nikmati terobosan rohani berjalan bersama Tuhanmu. Selamat menyongsong Natal. Tuhan Yesus memberkati.

Sumber gambar           : mirific a.net

Jumat, 01 Agustus 2014

Tegur Sapa 38 : Mudik Kepada Tuhan





Baca    :

Mazmur 107 : 4-9

(4) Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan;
(5) mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka.
(6) Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan-Nya mereka dari kecemasan mereka.
(7) Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang.
(8) Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,
(9) sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.

Saya pernah mengikuti sebuah kegiatan mudik gratis yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012. Saat itu saya diharuskan menunjukkan Kartu identitas yaitu KTP yang menandakan sebagai warga Jawa Timur. Setelah saya memberikan foto kopi KTP tersebut saya mendapatkan sebuah tiket mudik gratis menggunakan kereta api dengan tujuan Surabaya-Madiun dan sebaliknya sesuai hari yang sudah saya tentukan.

            Beberapa hari ini di Jawa Timur juga sedang dilanda tradisi mudik. Orang yang sekian tahun bekerja di luar kota pada hari raya yang mereka anut, mereka kembali ke tempat kelahiran mereka. Mudik secara sepintas berarti kembali tempat asal. Yang sebelumnya lahir di desa lalu berkarya di kota besar, saat itulah mereka kembali ke tanah kelahiran mereka. Saatnya mereka berjumpa dengan keluarga besar atau sekedar liburan. 

            Pada saat mudik banyak hal yang terjadi. Saat itu mereka berjumpa dengan orang tua bila masih ada. Merayakan bersama keluarga besar yang belum tentu bisa sering berkumpul. Melepas kepenatan di kala usai menyelesaikan pekerjaan selama berbulan-bulan. Menikmati ketenangan di sela kebisingan yang pernah dirasakan sebelumnya. Kembali ke wilayah asal merupakan saat yang dinantikan, seakan merestart kembali jiwa yang dilanda oleh kesibukan dan kebisingan di saat mengejar prestasi meraih karier dan menumpuk popularitas.

            Firman Tuhan hari ini menggambarkan adanya orang-orang yang sedang bingung dilanda berbagai masalah dalam kehidupan yang seakan tak pernah selesai. Dituliskan “ada orang-orang yang mengembara di padang belantara..”. Gambaran ini adalah orang yang sedang mencari sesuatu yang tidak pernah ada puasnya. Mereka mencari apa saja untuk memuaskan hatinya. Firman Tuhan menggambarkan ini sebagai seorang pengembara. Hari-hari ini kita melihat ada banyak orang dengan berbagai kasus yang dialami yang sebenarnya adalah seperti seorang yang mengembara ke sana kemari. 

            Ada seorang yang merupakan pengembara uang yang mencari uang kesana kemari dengan berbagai resiko yang dijalani, di lain pihak ada juga pengembara hobby yang berjalan ke berbagai tempat demi kepuasan hatinya, di sisi lain ada pengembara seks yang berganti pasangan untuk memuaskan hasrat tubuhnya, sementara bertebaran juga pengembara popularitas yang melakukan apa saja untuk mendapatkan ketenaran dan berbagai pengembara lain dalam hidup ini.

            Orang yang berjalan sebagai pengembara dalam kehidupan, tidak akan pernah mendapatkan kepuasan yang sebenarnya. Adapun kondisi yang mereka alami adalah lapar, haus dan lemah lesu. Namun ketika mereka berseru kepada Tuhan, dibawaNya mereka menempuh jalan yang lurus. Selama ini dalam pengembaraan mereka, nilai-nilai Firman Tuhan sering kali dilupakan dan diabaikan. Persekutuan dengan Tuhan pun seringkali ditinggalkan hanya demi mencari kepuasan hidup.

            Hari ini ketika kita masuk dalam bagian dari pengembara kehidupan itu, mari kita kembali pada kasih Tuhan. Mari kita mudik pada kebaikan dan kesetiaan Tuhan. Ketika kita melabuhkan hati kita kepada-Nya, maka kita akan menemukan kebahagiaan sejati yang tidak pernah kita temui di tempat lain. Ketika kita sudah bersandar pada Tuhan, firman Tuhan berjanji bahwa jiwa kita akan dipuaskan dan dikenyangkannya dengan kebaikan. Apalagi yang mau kita cari di luar Tuhan ?

            Selamat mudik kepada Tuhan yang selalu siap menantikan kedatangan kita. Tuhan Yesus memberkati.


( Okky T. Rahardjo, 085645705091 )

Sumber gambar           : www.pplndubai.org

Sabtu, 26 Juli 2014

Tegur Sapa 37 : Penjaga Malam





Mazmur 130 : 5-6
(5) Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.
(6) Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.

            Pada bagian firman Tuhan ini diilustrasikan bahwa orang yang berharap pada Tuhan seperti seorang pengawal atau penjaga malam. Saya beberapa kali ketika membaca bagian firman Tuhan yang ini sering berpikir mengapa kok diumpamakan sebagai seorang penjaga. Saya yakin tidak ada bagian firman Tuhan yang ditulis tanpa arti atau iseng, sekalipun itu hanya satu ayat atau sebuah kalimat. Bahkan ketika bagian kalimat ini dituliskan dua kali, saya juga percaya bahwa Tuhan punya maksud khusus melalui pemazmur untuk kehidupan kita secara pribadi.

            Saya mulai teringat lagi bagian ayat ini ketika beberapa hari belakangan mendapatkan mandat untuk menjadi petugas jaga dalam rangka pengamanan kampung untuk suasana mudik hari raya. Hal yang pertama yang saya pelajari adalah seorang pengawal atau penjaga malam adalah seorang yang bekerja dengan penuh kewaspadaan. Tidak sekalipun dia membiarkan dirinya lengah. Bahkan untuk kepentingan keamanan, dia biasanya memperlengkapi diri dengan senjata dan alat keamanan lain. Saya dalam menjalankan tugas dibekali sebuah senter penerang dan satu tongkat pentungan.

            Mazmur ini ditulis dalam keadaan orang yang sedang dalam tekanan masalah. Himpitan berbagai masalah membuat dia tidak bisa melakukan apa pun. Dalam ayat pertama disebutkan “dari jurang yang dalam”. Sebuah kondisi yang tanpa harapan dan ketidak berdayaan. Saat itulah Tuhan mau kita berseru dan berharap kepada-Nya. Ketika kita sedang dalam situasi yang terjepit, adakah kita bersiaga, berwaspada dan berlaku ekstra dalam menantikan Tuhan. Sudahkah kita bersungguh hati menaikkan doa dan pengharapan kita kepada Tuhan. Sudah siapkah kita dengan firman Tuhan yang seharusnya menjadi senjata rahasia kita dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan kita. Seringkali terjadi, kita tidak hidup dalam kewaspadaan. Ketika kita sembrono dan malah mencari pertolongan lain kala didera persoalan yang menghimpit hidup kita.

            Saat saya bertugas menjaga keamanan kampung, saya harus siap di dalam pos yang sudah ditentukan. Walaupun memang sesekali tetap harus melakukan patroli keliling. Saya tetap siap berada di pos untuk menunggu kedatangan seorang petugas dari pengurus keamanan RW  yang membawa buku absensi yang harus ditanda tangani setiap satu jam. Saya sempat menjumpai rekan yang tidak ada dalam pos kala absen tersebut datang. Akibatnya, dia dianggap tidak hadir padahal saat itu dia juga bertugas jaga pada jam yang sama.

            Pada poin yang ini Tuhan mengajarkan pada saya untuk memiliki kesetiaan. Ketika kita berharap pada Tuhan, adakah kita tetap setia menantikan pertolongan-Nya atau sudah “balik kanan”lebih dulu. Saat kita berdoa pada Tuhan, berseru dan berharap melalui doa kita jangan pernah sekalipun kita kehilangan kesetiaan. Seringkali doa belum dijawab, kita sudah kehilangan kesetiaan. Saat pertolongan belum tiba, ternyata kita sudah meninggalkan persekutuan pribadi kita dengan Tuhan. Jangan pernah meninggalkan jam doamu, jam baca firman Tuhan sebagaimana kewaspadaan yang kita pelajari pada poin di atas.

            Pengawal yang mengharapkan pagi. Kalimat ini menarik sekali, bahkan beberapa kali dijadikan syair dalam lagu rohani yang sudah populer. Semua penjaga malam selalu mengharapkan pagi segera datang. Mengapa demikian, oleh karena saat itu tugasnya berakhir dan dia bisa beristirahat. Ketika kita berharap pada Tuhan, jangan pernah kehilangan semangat. Harapan itu akan segera tiba dan pertolongan itu akan segera menghampiri kita. Kesukaan akan segera hadir menggantikan kedukaan. Sukacita akan menggantikan putus asa yang kita alami. Ketika kita meningkatkan kewaspadaan dengan berseru pada Tuhan dan menekuni firman Tuhan. Kita pun menaruh harap dan percaya kita dengan setia, maka Tuhan akan menjawab dengan cara yang tak terduga. Di situlah kelegaan dan ketenangan yang digambarkan sebagai pagi yang cerah akan diberikan pada kita. 

            Ketika kita sedang dilanda kesulitan ekonomi, saat ada dalam tekanan dan batas waktu yang mendesak, waktu kita ditolak oleh orang lain, kala sakit sedang melanda dan tak kunjung sembuh serta berbagai masalah lain yang menimpa hidup kita, percayalah Tuhan Yesus tetap Allah yang sanggup melakukan keajaiban dalam hidup kita. Firman Tuhan berkata sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak sorai.

            Selamat menantikan pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.

( Okky T. Rahardjo, 085645705091 )

sumber gambar :  www.pixabay.com