I
Korintus 9 : 26
“Sebab
itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja
memukul.”
Suatu
kali saya membaca sebuah surat kabar yang memuat tentang persiapan seorang
petinju sebelum menghadapi pertandingan. Dua atau tiga bulan sebelum menghadapi
laga yang disiarkan di televisi, petinju tersebut mengatur pola makan secara
ketat. Dia benar-benar menjaga asupan gizi dalam makanan yang harus dikonsumsi.
Seberapa banyak daging yang harus dimakan, seberapa jumlah porsi telur dan susu
yang harus masuk dalam tubuhnya semua dia ukur dengan sebaik mungkin. Semua dilakukan
supaya mendapatkan berat tubuh yang ideal dan layak untuk dapat mengimbangi
kekuatan lawan. Apabila dihitung maka biaya yang harus dihabiskannya sekitar
5-6 juta rupiah. Padahal pertandingan yang akan dihadapi petinju tersebut
apabila memenangkan pertandingan dinilai hanya sebesar 3 juta rupiah.
Pernahkah
melihat sebuah pertandingan adu ketangkasan berlari, mungkin kita pernah
melihatnya pada sebuah tayangan berita olah raga. Dalam pertandingan lari,
atlit tersebut akan berlari mengkuti garis lintasan yang sudah disediakan. Dalam
arah pandangan matanya hanya garis finish yang menjadi tujuan dia berlari. Tidak
pernah didapati seorang pelari yang arahnya menyimpang ketika mengikuti
perlombaan. Tidak pernah kita menyaksikan pelari yang tiba-tiba belok menuju kantin,
tempat duduk penonton atau kamar mandi. Sasarannya hanya satu, mencapai garis
finish.
Demikian
juga dalam kehidupan kekristenan, semua memiliki tujuan. Sebagaimana petinju
dan pelari tersebut yang memiliki tujuan dan motivasi yang kuat dalam melakukan
persiapan. Demi mendapatkan sarung tinju kemenangan, maka petinju tersebut rela
melatih diri sebaik mungkin dan mengatur makanan yang harus dinikmati. Demi mencapai
garis finish dan sebuah hadiah kemenangan, seorang pelari memfokuskan dirinya
pada garis lintasan yang harus diikuti.
Kehidupan
kekristenan yang ada pada kita saat ini memiliki tujuan yang kekal. Tidak pernah
kekristenan mengajarkan cara hidup yang sembarangan. Tuhan mengajarkan kita
untuk hidup memiliki fokus dan tujuan
yang benar. Orang yang memiliki tujuan hidup adalah orang yang mampu
mengarahkan keberhasilan dalam hidupnya. Dalam segala aspek kehidupan kita,Tuhan mau
kita memiliki tujuan yang bernilai kekal dan bukan bersifat sementara saja. Sebagaimana
Tuhan Yesus hadir ke dunia ini, Dia memiliki tujuan untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang. Paulus dalam perjalanannya mengelilingi dunia, dia
memiliki tujuan untuk menggenapi kehendak Tuhan dalam hidupnya. Para martir
memiliki tujuan supaya berita Injil tersampaikan ke seluruh dunia, maka mereka
rela kehilangan nyawa. Demikian juga dalam kehidupan kita Tuhan mau kita
mempunyai tujuan yang kekal sebelum pada akhirnya meninggalkan dunia ini.
Seseorang
yang memiliki tujuan hidup yang benar dan spesifik akan bersedia melakukan apa
saja untuk menggenapi tujuan hidupnya tersebut. Kekristenan tidak mengajarkan
kehidupan yang sembarangan dan semaunya. Kehidupan Kristen mengajarkan kita untuk hidup
dalam tuntunan dan tujuan yang spesifik. Sebagaimana domba yang digembalakan, dia
akan mengikuti tuntunan gembala tersebut. Namun bagaimana ketika domba itu
berjalan semaunya maka dia akan kehilangan arah dan tidak pernah mendapatkan
rumput hijau yang dijanjikan. Dalam kehidupan kelahiran kita, persahabatan
dengan orang lain, pekerjaan yang ditugaskan dan bahkan pada pernikahan semua memiliki
tujuan yang bernilai kekal di hadapan Tuhan, tergantung bagaimana kita
menyikapinya.
Sebelum
mengakhiri tahun 2013 ini, mari kita periksa kembali. Adakah tahun ini hidup
kita sudah berada pada tujuan yang benar yang berpadanan dengan firman Tuhan. Ataukah
kita hidup sembarangan dan tidak pernah menentu apa yang mau kita kerjakan. Mari
melangkah di tahun selanjutnya dengan tujuan hidup yang benar dan berkenan di
hati Tuhan. Salah satu tujuan hidup kita yang utama adalah menyenangkan hati
Tuhan Yesus. Seseorang yang mau menyenangkan hati Tuhan, Dia mengerti apa yang
menjadi kesukaan dan kedukaan Tuhan. Dia memahami apa yang harus dilakukan dan
tidak boleh dijalankan, karena sesungguhnya kita hanyalah hamba-Nya yang siap
menyelesaikan panggilan-Nya di muka bumi ini.
Selamat
menjadi penggenap rencana Tuhan di bumi ini. Tuhan Yesus memberkati.
(
Okky T. Rahardjo, 085645705091 )
sumber gambar : http://suaramerdeka.com
sumber gambar : http://suaramerdeka.com