II Korintus 4 : 5
“(5) Sebab bukan diri kami yang kami
beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu
karena kehendak Yesus.”
Pada saat musim kampanye seperti ini kita sering
menjumpai orang mempromosikan dirinya sendiri dimana-mana. Ada begitu banyak
tag line atau jargon yang mereka tuliskan sebagai upaya untuk mempromosikan
siri supaya dipilih pada pelaksanaan pemilu nantinya. Sebagian besar
diantaranya menyatakan dirinya sebagai pribadi yang mewakili rakyat. Sebagian lagi
menyatakan diri siap menjalankan amanah rakyat dan menjadi penyambung aspirasi
masyarakat. Mereka tuliskan pesan-pesan tersebut pada baliho, banner atau pun
stiker dan berbagai alat peraga lain yang mudah untuk dibaca oleh orang lain.
Mudah sekali kita jumpai di jalanan pernyataan-pernyataan
yang dituliskan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai calon legislatif. Kita
bisa menyimak diantaranya yaitu : “ Siap melayani rakyat”, “Fasilitator Titipan
Amanah Masyarakat”, “Siap bekerja untuk rakyat” atau bahkan yang pernah saya
baca di sebuah sudut jalan tertulis “seratus persen abdine panjenengan”. Berbagai
tag line sejenis tentu akan mudah kita jumpai di sudut jalan yang ada di
kota-kota lain. Intinya, mereka menyatakan diri siap menjadi pelayan
masyarakat. Siap menjadi pribadi yang mengabdi pada kepentingan orang banyak.
Saya tidak sedang dalam kapasitas menghakimi atau
menyatakan apakah yang mereka sampaikan itu sebuah kebenaran atau tidak. Sebuah
hal yang nyata atau hanya janji semata yang tidak terbukti, bukan bagian saya
untuk menilai. Namun apa yang disampaikan itu tentu merupakan sebuah hal yang
serius dan tidak main-main. Bahkan sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan. Apakah
benar mereka adalah pelayan masyarakat, apakah benar mereka merupakan abdi dari
masyarakat setempat yang mereka wakili. Hal ini tentu menjadi sebuah beban
tersendiri yang harus mereka kerjakan. Sebuah kebahagiaan bila memang mereka
benar-benar melakukannya. Tentu sebuah keprihatinan bila hal itu hanya sebuah
retorika belaka.
Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani kita. Begitu
mudah dan bangganya sebagian dari kita menyatakan diri sebagai hamba Tuhan. Menyatakan
diri sebagai seorang pelayan Tuhan demi sebuah status semata di hadapan orang
lain. Sebagaimana diketahui, hamba berarti seorang yang menundukkan diri pada
sesuatu di atasnya. Apabila seseorang menyatakan diri sebagai hamba Tuhan,
berarti dia menundukkan diri pada kedaulatan Tuhan. Bila saja seseorang
menundukkan diri pada ambisi mencari uang maka dia akan disebut sebagai hamba
uang. Demikian juga bila seseorang menyatakan diri sebagai abdi masyarakat maka
itu berarti dia menundukkan diri pada kepentingan masyarakat yang diwakili.
Pada bacaan yang kita renungkan di atas, Rasul Paulus
menyatakan dirinya sebagai “hambamu
karena kehendak Yesus”. Dia tidak menyembunyikan diri di balik kamuflase
kata “hamba Tuhan”, namun dengan
jelas dia menyatakan bahwa dia adalah hamba dari orang-orang atau jemaat yang
dia layani. Singkatnya, dia sedang mengajarkan pada kita bahwa di balik kata
hamba Tuhan sesungguhnya terletak makna yang dalam bahwa kita melayani Tuhan
melalui orang-orang yang Tuhan percayakan pada kita.
Begitu banyak orang yang menyatakan diri sebagai hamba
Tuhan namun hanya sebatas pada pelayanan di mimbar berupa kotbah, ceramah atau
pelayanan pujian. Namun setelah acara ibadah selesai, dia kembali berfungsi
sebagai hamba bagi dirinya sendiri. Masih hidup dalam keegoisan, ketersinggungan,
iri hati, ketidak kudusan bahkan kemunafikan. Hamba Tuhan hanya dikejar sebagai
sebuah status tanpa membangun pertumbuhan rohani yang benar di dalamnya. Ketika
kita menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, dengan senyatanya kita adalah
hamba Tuhan.
Selanjutnya
yang kita layani secara faktual bukanlah Tuhan yang ada di awan-awan, yang
tidak bisa kita lihat secara kasat mata. Kita melayani mereka yang ada di
sekitar kita. mereka yang selama ini kita sebut sebagai teman kerja, teman
sekolah, teman gereja, teman di lingkungan tempat tinggal, atau bahkan teman
hidup kita. Mereka adalah obyek pelayanan kita secara nyata. Melalui sikap
hidup kita yang memancarkan firman Tuhan dan membawa berkat bagi sekitar kita. Maka
sesungguhnya secara tidak langsung kita sudah melayani Tuhan yang ada di Sorga
yang selalu melihat perbuatan baik kita.
Hari ini, mari kita periksa kembali hidup kita. Adakah
kita sudah menjadi pelayan Tuhan dalam arti yang sesungguhnya atau selama ini
kita malah menjadi pelayan dan hamba bagi diri kita sendiri.
Selamat menjadi hamba
Tuhan secara nyata. Tuhan Yesus memberkati.
( Okky T. Rahardjo,
085645705091 )
Sumber gambar :
ptj.co.id