Baca :
Matius 2 : 12-13
(12) Dan
karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes,
maka pulanglah mereka ke negerinya
melalui jalan lain.
(13) Setelah
orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi
dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan
tinggalllah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari
Anak itu untuk membunuh Dia.”
Shalom,
Sudah
terlalu sering kita membaca, mendengar, melihat serta memahami fragmen seputar
peristiwa Natal. Sebagaimana yang terdapat pula dalam beberapa ayat yang
menjadi pokok bacaan renungan kali ini. Ada sebuah sosok yang seringkali kita
tahu dan menyadari tapi tak jarang pula terluput dari perhatian kita secara
mendalam. Sesuatu di balik sosok inilah yang akan coba kita renungkan pada
tulisan sederhana berikut ini.
Natal
seringkali hanya berpusat pada figur Maria, Yusuf, Gembala atau Orang Majus.
Setidaknya yang masih terkait adalah keberadaan Herodes. Namun betapa kita
seringkali mengabaikan adanya peran seorang malaikat yang turut mewarnai hiruk
pikuk natal. Malaikat beberapa kali muncul dalam peristiwa yang tidak terduga.
Dia muncul dalam berbagai peristiwa yang sepertinya tidak rohani namun membawa
kesan mendalam bagi siapa pun yang menerimanya. Sebagai contoh, secara
tiba-tiba dia datang pada Maria saat di dalam rumah (Lukas 1 : 28). Dalam
kesempatan lain dia menjumpai pula Yusuf yang sedang tidur. Tak luput dari
perhatian kita yaitu malaikat yang bernama Gabriel itu menemui orang-orang
Majus melalui mimpi. Sebuah perjumpaan Illahi yang dialami secara tidak terduga
dan bahkan dalam suasana yang sepertinya tidak rohani. Lain cerita dengan Imam
Zakharia yang memang dijumpai malaikat saat menunaikan tugas di dalam Bait
Suci.
Hal
pertama yang menjadi renungan dari peristiwa ini yaitu bahwa perjumpaan dengan
Tuhan bisa terjadi sewaktu-waktu. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil namun
hal yang sesungguhnya wajar bagi kita untuk mengalami hal yang bersifat spiritual.
Dalam beberapa kasus, Tuhan menyatakan diri bukan pada saat orang yang dipilih
oleh-Nya itu dalam “keadaan rohani” seperti berdoa, berdiam diri atau merenung.
Tuhan menjumpai Abraham saat sedang bersantai (Kejadian 18 : 1), Musa dijumpai
ketika menggembalakan domba (Keluaran 3:1-2) atau Tuhan memanggil Samuel pada
waktu sedang tidur (! Samuel 3:3-4).
Sekali
lagi, bukan hal yang aneh ketika kita mengalami perjumpaan Ilahi dalam
kehidupan sehari-hari kita. Tiba-tiba saja kita bisa menerima penglihatan saat
sedang duduk bersantai. Tak terduga kita juga bisa dikunjungi oleh malaikat
dalam rupa yang tidak kita bayangkan. Mungkin juga kita mendengar suara Tuhan
saat sedang makan atau mengendarai kendaraan di jalan. Demikian juga kita bisa
mengalami hal-hal yang bersifat spiritual di saat yang tidak kita duga. Bukan
hal yang mustahil dan selayaknya itu wajar untuk kita alami. Bila pada saat
yang biasa saja kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan, apalagi saat kita
berdoa kita bisa mengalami hal-hal yang lebih dahsyat lagi.
Hal
yang kedua yang perlu kita ingat lagi bahwa peristiwa supranatural tidak
dimonopoli oleh orang-orang yang memiliki status kerohanian yang bersifat
struktural di gereja atau lingkup pelayanan. Samuel saat mendengar panggilan
Tuhan saat itu masih seorang bujang atau abdi alias batur. Yosua ketika ditemui
Panglima Balatentara Tuhan saat itu posisinya adalah pemimpin perang bukan nabi
sekelas Musa. Maria yang dijumpai oleh Malaikat Tuhan pun adalah seorang gadis
rumahan biasa. Sebagian besar siswa SD yang saya bimbing sepertinya sudah
terbiasa untuk berjumpa dengan Tuhan, tidak perlu menunggu mereka sudah besar
dan menjadi pendeta, pendoa atau sejenisnya.
Kedua
kebenaran di atas saya berharap juga menjadi kebenaran baru untuk kita miliki.
Memang setiap orang tentu memiliki pengalaman rohani yang berbeda dan tidak
bisa disamakan. Tapi tentu kita tidak bisa menafikkan bahwa setiap kita bisa
mengalaminya. Beberapa orang tentu akan berpendapat bahwa yang terpenting
adalah maknanya bukan sekedar pengalamannya. Saya juga sependapat, namun
alangkah lebih indah dan dahsyat kalau kita juga mengalami pengalaman Ilahi
tersebut. Pengalaman Ilahi kita alami bukan sekedar untuk sok dan saling
bersaing, namun hal itu akan memperkaya pengalaman kehidupan rohani kita.
Selain itu, iman kita akan makin dikuatkan untuk mengikut Dia. Sekalipun, tanpa
mengalami perjumpaan Ilahi itu kita tetap menaruh harap dan percaya kita pada
Tuhan Yesus.
Hari
ini, sediakan dirimu dan hatimu untuk mengalami sesuatu yang baru dalam perjalanan
kehidupan rohanimu. Segarkan imanmu melalui perjumpaan Ilahi yang bisa kita
alami sewaktu-waktu dan pada siapa pun kita. Setelah itu, nikmati terobosan
rohani berjalan bersama Tuhanmu. Selamat menyongsong Natal. Tuhan Yesus
memberkati.
Sumber gambar : mirific a.net